Jumat, 08 Agustus 2008

KAYU UKIR AKAR JATI RANDU BLATUNG

KERAJINAN KAYU BONGGOL/AKAR JATI


SENI PAHAT: Salah satu hasil seni pahat dengan bahan sisa-sisa kayu hutan yang tidak termanfaatkan, turut dipamerkan dalam Forest Art Festival di Hutan Randublatung Blora, baru-baru ini.(30m) - SM/Wisnu Kisawa


KETIKA ditanya tentang di mana letak hutan jati Randublatung, seorang karyawan SPBU di daerah perbatasan Blora memberikan pernyataan yang cukup menarik. Bukannya menjawab, karyawan itu justru balik bertanya dengan berkata, ''Hutan yang mana karena sepengetahuan saya hutannya sudah habis.''

Pernyataan yang sekaligus mengandung kesangsian itu barangkali bisa menjawab pertanyaan mengapa Forest Art Festival (FAF) yang diselenggarakan baru-baru ini digelar di Hutan Randublatung Blora. Karena secara tidak langsung, pernyataan itu mungkin memperjelas maksud dari penyelenggaraan festival tersebut.

Boleh jadi hutan memang sengaja dipilih karena dipandang cukup mewakili tujuan dari penyelenggaraan festival yang digelar selama dua hari dan menghadirkan berbagai macam sajian seni itu. Menurut data dalam katalog berjudul Bhumijati yang sengaja diterbitkan untuk FAF, kerusakan ekosistem hutan yang terjadi di Indonesia sudah sedemikian serius.

Diperkirakan 900 ribu hektare sampai 1,3 juta hektare hutan dibuka setiap tahun sehingga hanya menyisakan 61 persen habitat alami. Bahkan di Jawa dan Bali habitat hutan yang lenyap sudah mencapai 90% lebih. Sebuah kondisi menyedihkan untuk kelestarian ekosistem.

''Blora yang memiliki luas wilayah 1.820,59 km2 dengan 49,66% di antaranya hutan, juga mengalami nasib yang tak berbeda jauh. Sebab, 40% hutan yang ada sekarang telah rusak akibat penjarahan dan penebangan yang membabibuta,'' papar Exi, salah seorang panitia penyenggara FAF.

Kondisi yang sudah sedemikian memprihatinkan itu yang melatarbelakangi festival tersebut. Melalui pendekatan seni dan budaya, festival diharapkan menjadi sarana kampanye penyadaran terhadap kondisi alam saat ini yang semakin parah.

''Taruhlah kalau dalam skala kecil seperti yang terjadi di Blora, kami ingin kampung halaman kami kembali menjadi tempat di mana hutan jati mendapat porsi besar untuk tumbuh dan berkembang, seperti sebelum penjarahan dan penebangan secara membabibuta,'' ujarnya.

Maka jangan heran jika dalam berbagai pergelaran, hampir seluruh seni yang dihadirkan bertutur tentang keprihatinan terhadap alam (hutan khususnya). Misalnya seperti yang terasa dalam pameran seni lukis, hampir semua lukisan berbicara tentang hutan.

''Itu memang bentuk keprihatinan kami tentang kondisi alam yang ada sekarang,'' ujar Imam Bocah, pelukis dari Komunitas Umbul Rembulan Jepara.

Terkena Imbas

Menurut penuturan Imam Bocah, kerusakan hutan Blora ternyata berimbas sampai ke Jepara.

Sebagai daerah yang selama ini dikenal sebagai sentra mebel, Jepara memang sangat bergantung pada pohon-pohon jati, khususnya dari hutan Blora.

''Saat hutan di Blora rusak, Jepara merasakan imbasnya.''

Dengan melihat kenyataan itu, tidak salah jika mereka yang terlibat dalam FAF berharap gelaran festival bisa menjadi sarana untuk memulai berkata tidak terhadap perusakan hutan. Mereka berharap, FAF menjadi pohon yang disemai air mata keprihatinan tentang hutan.

''Bagi kami, festival ini adalah keberanian untuk berkata tidak pada perusakan lingkungan. Demikian juga terhadap perburuan satwa liar, eksploitasi alam yang berlebihan, dan pembodohan serta pemiskinan masyarakat,'' tandas Exi.

Demikian, teriakan tentang penyadaran terhadap kerusakan lingkungan memang begitu kental mewarnai festival tersebut.

Meski terkadang, suara itu tak terasa jelas karena terbungkus dalam kalimat simbolis melalui tanda yang ada dalam berbagai media seni.

Namun, di antara keliaran tarian, kesyahduan suara musik, dan keragaman warna goresan kuas yang tersaji dalam hajatan tersebut, FAF memang diharapkan menjadi titik balik bagi siapa saja dalam memandang alam semesta.

WISATA DI DAERAH TODANAN- BLORA

Sekilas tentang Goa Terawang
Kawasan wisata Goa Terawang merupakan kompleks goa yang memiliki enam goa dalam satu kawasan, ini terbanyak di Jateng. Di dalam kawasan seluas 13 hektar itu terdapat satu goa induk, satu sendang, dan lima goa kecil lainnya. Goa ini merupakan satu-satunya goa yang di dalamnya terang di siang hari karena terkena sinar matahari. Di kompleks Wanawisata Goa Terawang terdapat kawasan arena bermain anak yang terletak 50 meter dari mulut Goa Terawang yang terasa sejuk karena dipayungi ratusan pohon jati besar.
Lokasi Goa Terawang
Lokasinya berjarak 32 kilometer arah barat Kota Blora atau 107 kilometer dari Kota Semarang.Untuk mencapai Goa Terawang sudah tersedia jalan desa yang mulus, dapat ditempuh dari Semarang-Purwodadi-Wirosari menuju ke Kunduran Kabupaten Blora. Tepat di pertigaan depan Puskesmas Kunduran, pengunjung bisa belok kiri melintasi jalan desa yang mulus sepanjang lebih kurang 8 kilometer. Kawasan wisata Goa Terawang berada persis di tepi jalan. Kalau dari Blora, pengunjung menuju ke arah pertigaan Pasar Ngawen, kemudian membelok ke kanan melintasi jalan menuju ke Japah, Padaan, Ngapus, hingga tiba di Todanan atau sekitar 10 kilometer.
Bagi pengunjung yang menggunakan angkutan umum untuk mencapai Goa Terawang, cara yang gampang adalah dengan menaik bus dari Semarang atau dari Blora, lalu turun tepat di Puskesmas Kunduran. Kemudian, pengunjung pindah ke angkutan minibus jurusan Blora-Todanan yang tersedia tiap saat. Sebaiknya pengunjung menghindari perjalanan setelah magrib atau selepas pukul 15.30. Sebab, angkutan umum yang melayani rute Kunduran ke kawasan wisata Goa Terawang sangat jarang. Memang, rambu petunjuk arah menuju ke goa itu tidak terlihat lagi. Di sepanjang jalan utama Semarang-Blora, rambu juga tidak terpasang sehingga agak merepotkan pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi. Namun, tak perlu khawatir, Anda bisa bertanya kepada setiap penduduk setempat. Pada akhir pekan sering kali ada pertunjukan hiburan musik dangdut atau kegiatan pertemuan di pendapa limasan khas rumah Blora di areal kawasan wisata Goa Terawang
Gigi "buta"
Kawasan area Goa Terawang memiliki lingkungan berhawa sejuk, segar,dengan panorama hutan yang memesona. Pertengahan November 2006,misalnya, meski kawasan itu masih diliputi musim kemarau, suhu udaranya hanya 21,8 derajat Celsius. Ketika matahari mencapai puncaknya, suhu udara di kawasan itu masih di bawah 36 derajat Celsius. Ini tiada lain berkat rimbunnya pohon-pohon jati tua yang besar dan rindang, di samping pohon besar lain, seperti pohon asam jawa dan pohon trembesi. Lokasi goa berada pada elevasi 172 meter di atas permukaan laut, di kawasan Pegunungan Kapur utara Jateng bagian timur. Goa Terawang terletak di relung bagian bawah. Menuju ke pintu goa tersedia anak tangga yang dilengkapi besi pengaman di bagian tengahnya sepanjang 15
meter. Ketinggian kelima goa yang ada di kawasan Goa Terawang bervariasi antara 1 meter dan 24 meter. Lebarnya juga bervariasi, dari 3 meter hingga 18 meter. Goa Terawang ini memanjang, menyerupai deretan rumah yang saling terhubung sepanjang 600 meter lebih. Tinggi langit-langitnya juga bervariasi, antara empat meter. Ada yang berbentuk parabola dihiasi stalaktit berbagai bentuk yang menawan. Bila musim hujan, stalaktit dan stalagmit akan meneteskan air sepanjang musim. Dalam sejarahnya tidak ada legenda rakyat yang mengemuka dari kawasan wisata Goa Terawang. Goa ini sudah dikenal sejak zaman raja-raja Jawa untuk tempat bertapa guna memperoleh kekuatan mistis.Pada masa pemerintahan Belanda, goa ini banyak menyimpan sejarah karena sering digunakan untuk pertemuan Bupati Blora semasa RMA Cokronegoro dengan pejabat-pejabat Belanda. Konon, tiap akhir pertemuan selalu diadakan pesta dansa bagi pejabat yang hadir. Namun, pada masa perang kemerdekaan, goa ini menjadi daerah pertahanan bagi para pejuang. Keunikan di Goa Terawang ini, para pengunjung leluasa mengamati goa di
siang hari. Di langit-langit goa terdapat sejumlah lubang alami yang memungkinkan sinar matahari menerobos masuk ke dalam dan menerangi bagian dalam goa. Oleh sebab itu, goa ini disebut Goa Terawang. Berkat lubang-lubang cahaya tadi, pengunjung tidak saja mendapat sirkulasi udara yang segar, tetapi bisa dengan saksama mengamati
keunikan dan keragaman bentuk-bentuk stalaktit dan stalagmit yang terdapat di dalam goa. Diyakini, stalaktit dan stalagmit yang ada di dalam goa itu masih tumbuh dan memberikan keragaman bentuk, seperti cumi-cumi raksasa atau jamur. Sementara stalaktit yang menjuntai ke bawah dari dinding atas berpadu menyambung dari langit-langit hingga lantai goa. Di salah satu sudut dinding goa, pengunjung juga bisa menemukan stalaktit mirip gigi "buta" (raksasa). Cahaya yang masuk ke dalam goa itu menciptakan bias sinar matahari yang memberi kesan tersendiri. Ada nuansa "pencerahan" pada berkas-berkas cahaya yang jatuh menimpa bagian-bagian tertentu dinding goa. Seperti ada yang mengatur saja, cahaya yang masuk itu hanya menerangi panorama tertentu, tetapi memperjelas detail tiap sudut goa. Jadi, bayangan bahwa goa itu angker menjadi sirna. Yang ada lukisan alam yang menakjubkan.
Pengunjung
Berdasarkan catatan, pengunjung wisata goa ini dari tahun ke tahun
cenderung menurun. Salah satu penyebabnya, goa-goa tersebut dibiarkan
alami dan kurang dirawat oleh pihak pengelola. Oleh karena itu, upaya
menggairahkan wisata goa kini tengah gencar digalakkan oleh Dinas
Pariwisata Jawa Tengah (Jateng). Jumlah wisatawan lokal yang berkunjung ke Goa Terawang pernah mencapai puncaknya pada tahun 2004, yakni 6.711 orang. Lalu, pada tahun 2005 jumlahnya menurun menjadi 4.684 pengunjung.

WISATA LOKOMOTIF DI GUBUK PAYUNG

Blora, kabupaten yang terletak paling timur Jateng ini, terbukti cukup jeli dalam menggarap sektor wisata. Sadar bahwa daerahnya lebih banyak dikepung hutan jati, maka Pemkab setempat tidak punya keinginan membangun kawasan wisata lain kecuali mengoptimalkan potensi hutan yang telah dimilikinya
Sejak kawasan hutan yang terbentang luas dimaksimalkan sebagai tempat wisata, Blora langsung merengkuh dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama, berupa pemasukan retribusi yang terbukti mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Keuntungan kedua, berupa pengakuan dari masyarakat luar daerah, bahwa ternyata Blora tidak seburuk yang dikatakan orang. Kini, banyak wisatawan dalam negeri maupun manca negara merasa penasaran jika belum menyaksikan potensi wisata hutan di Blora. Beragam cerita yang berkembang mengatakan, apabila kita menelusuri kedalaman hutan di Blora, maka kita akan bisa mengintip keindahan “surga”. Salah satu sarana bagi wisatawan untuk dapat mengintip keindahan “surga” tadi antara lain dengan memanfaatkan Loko Tour. Loko Tour ini merupakan paket perjalanan wisata di Hutan Jati KPH Cepu, Blora, dengan rangkaian kereta api yang ditarik lokomotif tua buatan Berliner Maschinenbaun,Jerman, tahun 1928.
Rute menuju Loko Tour
Untuk menuju Loko Tour, para wisatawan dapat menempuhnya dengan kendaraan roda empat atau bus melalui jalur Surakarta–Ngawi-Cepu (122 km),Surakarta-Purwodadi-Blora-Cepu (161 km), Semarang-Purwodadi-Blora-Cepu (162 km),Semarang-Kudus-Rembang-Cepu (182 km),dan Surabaya-Bojonegoro-Cepu (149 km). Khusus perjalanan yang ditempuh dari Surakarta, meskipun agak jauh namun lebih menguntungkan bagi wisatawan. Sebab pada jalur ini, wisatawan dapat singgah terlebih dulu di Museum Purbakala Sangiran Kabupaten Sragen, atau menyaksikan keajaiban alam Bledug Kuwu di Grobogan. Bledug Kuwu merupakan daerah penghasil garam tradisional, dimana bahan baku air asinnya bersumber dari kawah yang terlontar dari dalam tanah.
[Photo] Atraksi Wisata Loco Tour
Obyek utama perjalanan ini adalah melihat hutan jati (tectoca grandis) yang dikelola dengan memperhatikan azas kelestarian hutan. Loko Tour yang dipersiapkan khusus untuk kaum wisatawan, rutenya sangat panjang. Dengan melintasi hutan jati di wilayah BKPH Ledok, Kendilan, Pasar Sore, Blungun, Nglobo. Cabak, dan Nglebur. Dalam ketataprajaan, lokasi-lokasi tersebut berada di wilayah Kecamatan Cepu, Sambong,
Jepon, Jiken, Kabupaten Blora. Sedang dua wilayah lainnya, masuk wilayah Kecamatan Kasiman, Bojonegoro, Jatim. Sejumlah obyek wisata yang bisa disaksikan dalam paket Loko Tour tadi selain lokomotif tua buatan tahun 1928, juga ada Bengkel Traksi, TPK Batokan, Bergojo, Kegiatan Pengelolaan Huta Jati berprinsip pada azas kelestarian hutan (penanaman, pemeliharaan, tebangan, saradan,angkutan), serta Gubug Payung. Bergojo, adalah semacam tempat penampungan air untuk keperluan lokomotif yang terletak di tengah hutan. Di sini, lokomotif akan berhenti sejenak mengisi air. Ketika loko diisi air, para wisatawan diizinkan turun untuk menyaksikan keelokan hutan Blora yang terkenal dengan para pencuri kayunya itu. [Photo]Sekitar dua kilometer dari Bengkel Traksi, peserta Loko Tour bakal ditunjukkan tempat penimbunan kayu (TPK) Batokan. TPK ini memiliki areal seluas 36,2 hektar, berdaya tampung 40.000 m3 kayu pertukangan dan 10.000 sm. Bersebelahan dengan TPK Batokan, terdapat Industri Pengolahan Kayu Jati (IPKJ) Cepu.Setelah penat berputar, wisatawan peserta Loko Tour oleh pemandu wisata dari Perum Perhutani dibawa ke Gubug Payung. Gubug di pedalaman hutan ini merupakan tempat peristirahatan yang memiliki Monumen Hutan Jati Alam, terletak pada petak 1.092a, BKPH Pasar Sore, KPH Cepu inilah, pengunjung dapat melihat pohon-pohon jati tua yang pernah dipotong tahun 1976. Pohon jati itu sendiri berumur lebih 100 tahun. Ini dibuktikan dengan menghitung lingkaran tahun pada penampang batang yang dipotong, berjumlah sekitar 108 lingkaran. Apabila para wisatawan ingin melakukan paket perjalanan selama dua hari atau lebih dengan Loko Tour, maka panitia telah menyediakan tiga tempat penginapan. Yaitu di Duta Ubaya Rimba (12 kamar), Wisma Sorogo (5 kamar), dan Pesanggrahan (4 kamar). [Photo]Tarif perjalanan paket Loko Tour ini tergolong murah, hanya 40 dolar/orang/hari, termasuk biaya penginapan dan makan. Selepas menghilangkan rasa penat di Gubug Payung, wisatawan dapat melanjutkan perjalanan dengan menyaksikan sistem tebang, saradan, danpengangkutan kayu jati, secara langsung di tengah hutan. Dua tahun sebelum ditebang pohon jati mesti dimatikan terlebih dengan cara diteres. Proses ini merupakan upaya mengurangi kadar air di dalam kayu. Dengan langkah tersebut kelak akan diperoleh kayu jati berkualitas tinggi, lebih awet, tidak mudah pecah, ringan waktu diangkut, dan mudah dikerjakan. Setelah mengalami teresan selama dua tahun, pohon jati baru ditebang. Penebangan dilakukan para blandong, yaitu tukang tebang professional yang tinggal di seputar hutan.[Photo]

Loko Tour

Blora, kabupaten yang terletak paling timur Jateng ini, terbukti cukup jeli dalam menggarap sektor wisata. Sadar bahwa daerahnya lebih banyak dikepung hutan jati, maka Pemkab setempat tidak punya keinginan membangun kawasan wisata lain kecuali mengoptimalkan potensi hutan yang telah dimilikinya

Sejak kawasan hutan yang terbentang luas dimaksimalkan sebagai tempat wisata, Blora langsung merengkuh dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama, berupa pemasukan retribusi yang terbukti mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Keuntungan kedua, berupa pengakuan dari masyarakat luar daerah, bahwa ternyata Blora tidak seburuk yang dikatakan orang. Kini, banyak wisatawan dalam negeri maupun manca negara merasa penasaran jika belum menyaksikan potensi wisata hutan di Blora. Beragam cerita yang berkembang mengatakan, apabila kita menelusuri kedalaman hutan di Blora, maka kita akan bisa mengintip keindahan “surga”. Salah satu sarana bagi wisatawan untuk dapat mengintip keindahan “surga” tadi antara lain dengan memanfaatkan Loko Tour. Loko Tour ini merupakan paket perjalanan wisata di Hutan Jati KPH Cepu, Blora, dengan rangkaian kereta api yang ditarik lokomotif tua buatan Berliner Maschinenbaun,Jerman, tahun 1928.

Rute menuju Loko Tour
Untuk menuju Loko Tour, para wisatawan dapat menempuhnya dengan kendaraan roda empat atau bus melalui jalur Surakarta–Ngawi-Cepu (122 km),Surakarta-Purwodadi-Blora-Cepu (161 km), Semarang-Purwodadi-Blora-Cepu (162 km),Semarang-Kudus-Rembang-Cepu (182 km),dan Surabaya-Bojonegoro-Cepu (149 km). Khusus perjalanan yang ditempuh dari Surakarta, meskipun agak jauh namun lebih menguntungkan bagi wisatawan. Sebab pada jalur ini, wisatawan dapat singgah terlebih dulu di Museum Purbakala Sangiran Kabupaten Sragen, atau menyaksikan keajaiban alam Bledug Kuwu di Grobogan. Bledug Kuwu merupakan daerah penghasil garam tradisional, dimana bahan baku air asinnya bersumber dari kawah yang terlontar dari dalam tanah.

Atraksi Wisata Loco Tour
Obyek utama perjalanan ini adalah melihat hutan jati (tectoca grandis) yang dikelola dengan memperhatikan azas kelestarian hutan. Loko Tour yang dipersiapkan khusus untuk kaum wisatawan, rutenya sangat panjang. Dengan melintasi hutan jati di wilayah BKPH Ledok, Kendilan, Pasar Sore, Blungun, Nglobo. Cabak, dan Nglebur. Dalam ketataprajaan, lokasi-lokasi tersebut berada di wilayah Kecamatan Cepu, Sambong,
Jepon, Jiken, Kabupaten Blora. Sedang dua wilayah lainnya, masuk wilayah Kecamatan Kasiman, Bojonegoro, Jatim. Sejumlah obyek wisata yang bisa disaksikan dalam paket Loko Tour tadi selain lokomotif tua buatan tahun 1928, juga ada Bengkel Traksi, TPK Batokan, Bergojo, Kegiatan Pengelolaan Huta Jati berprinsip pada azas kelestarian hutan (penanaman, pemeliharaan, tebangan, saradan,angkutan), serta Gubug Payung. Bergojo, adalah semacam tempat penampungan air untuk keperluan lokomotif yang terletak di tengah hutan. Di sini, lokomotif akan berhenti sejenak mengisi air. Ketika loko diisi air, para wisatawan diizinkan turun untuk menyaksikan keelokan hutan Blora yang terkenal dengan para pencuri kayunya itu.

Sekitar dua kilometer dari Bengkel Traksi, peserta Loko Tour bakal ditunjukkan tempat penimbunan kayu (TPK) Batokan. TPK ini memiliki areal seluas 36,2 hektar, berdaya tampung 40.000 m3 kayu pertukangan dan 10.000 sm. Bersebelahan dengan TPK Batokan, terdapat Industri Pengolahan Kayu Jati (IPKJ) Cepu.Setelah penat berputar, wisatawan peserta Loko Tour oleh pemandu wisata dari Perum Perhutani dibawa ke Gubug Payung. Gubug di pedalaman hutan ini merupakan tempat peristirahatan yang memiliki Monumen Hutan Jati Alam, terletak pada petak 1.092a, BKPH Pasar Sore, KPH Cepu inilah, pengunjung dapat melihat pohon-pohon jati tua yang pernah dipotong tahun 1976. Pohon jati itu sendiri berumur lebih 100 tahun. Ini dibuktikan dengan menghitung lingkaran tahun pada penampang batang yang dipotong, berjumlah sekitar 108 lingkaran. Apabila para wisatawan ingin melakukan paket perjalanan selama dua hari atau lebih dengan Loko Tour, maka panitia telah menyediakan tiga tempat penginapan. Yaitu di Duta Ubaya Rimba (12 kamar), Wisma Sorogo (5 kamar), dan Pesanggrahan (4 kamar).

Tarif perjalanan paket Loko Tour ini tergolong murah, hanya 40 dolar/orang/hari, termasuk biaya penginapan dan makan. Selepas menghilangkan rasa penat di Gubug Payung, wisatawan dapat melanjutkan perjalanan dengan menyaksikan sistem tebang, saradan, danpengangkutan kayu jati, secara langsung di tengah hutan. Dua tahun sebelum ditebang pohon jati mesti dimatikan terlebih dengan cara diteres. Proses ini merupakan upaya mengurangi kadar air di dalam kayu. Dengan langkah tersebut kelak akan diperoleh kayu jati berkualitas tinggi, lebih awet, tidak mudah pecah, ringan waktu diangkut, dan mudah dikerjakan. Setelah mengalami teresan selama dua tahun, pohon jati baru ditebang. Penebangan dilakukan para blandong, yaitu tukang tebang professional yang tinggal di seputar hutan.

Rabu, 06 Agustus 2008

LONTONG TAHU SAMBAL
Terkenal sejak leluhur, rasanya emang mak nyos buktinya di desa Jepon penjual lontong ibu Tuminah yang rasanya nggak kalah dengan resepnya yang luar biasa. ia menjualnya di teras pasar pada malam hari. Pengunjungnya sangat banyak karena yang rasanya uenak dan terjangkau harganya bisa mengenyangkan perut pokoke puas.

KESENIAN BARONGAN BLORA

Align CenterFestival BLORA

Pengin lihat barongan. Itulah motivasi utama bagi orang Blora yang telah lama tidak sempat mudik untuk menghadiri acara pameran kerajinan, makanan, pentas kesenian dan investasi Blora di Anjungan Jawa Tengah TMII pada hari Minggu tanggal 24 Desember 2006 itu. Acara akan dimulai jam 08.30? Inilah kendala pertama, thik isuk emen lèh?? Begitu kira-kira gerutu para eksekutif muda ILUSA yang ingin menghadirinya. Memang kebiasaan di Jakarta kalau mengadakan acara dihari Minggu paling aman dimulai sekitar jam 10 an, mengingat hari Minggu merupakan hari yang ideal buat berolahraga pagi atau sekedar agak bermalas-malasan. Belum lagi keluhan lain seperti dari ibu-ibu dan tante-tante soal belum bukanya salon langganan untuk menata rambut. Disamping itu, bulan Desember ini merupakan bulan baik bagi yang ingin mantu sehingga banyak warga Blora yang tidak sempat hadir ke Taman Mini karena adanya undangan pernikahan di tempat lain. Tetapi panitya yang dipandhegani oleh Kepala Dinas Pariwisata Blora Bambang W, nampaknya tidak gentar sehingga meskipun masih agak sepi acara tetap dimulai sekitar pukul 09.30. Nampak hadir sesepuh dan anggota Paguwara, beberapa pejabat Dinas Pariwisata Kabupaten Blora serta beberapa anggota ILUSA dalam acara pembukaan tersebut. Setelah sambut menyambut, segera ditampilkan atraksi yang ditunggu tunggu yakni seni Barongan dan Tayub diiringi oleh gamelan, karawitan dan waranggono yang merupakan kolaborasi dari berbagai unit dan kecamatan di Kabupaten Blora. Selain atraksi kesenian, di sudut kiri anjungan tidak lupa digelar berbagai hasil kerajinan bubut kayu jati Blora serta makanan khas seperti ledre dan krupuk gendar. Semakin siang pengunjung semakin ramai dan heboh terutama dalam acara tayub yang menggelar para penari yang paling terkenal dari wilayah Blora dan sekitarnya. Namun beberapa pengunjung terutama yang bertabiat pemalu, diam-diam meninggalkan medan perang [tinggal glanggang colong playu] karena takut ketiban sampur…

MODEL UKIR JATI BONGGOL / AKAR

Tak banyak yang bisa mereka harapkan selain kemudahan dalam memenuhi kebutuhan ekonominya. Terkadang jalan pintas menjadi sebuah keharusan. Sekedar untuk urusan perut. Bertahan hidup. Tebang sebatang dua, terkadang tak sepadan dengan konsekuensi yang didapat. Sekelumit gambaran tentang kondisi masyarakat sebuah desa hutan di kabupaten Blora, Propinsi Jawa Tengah, yang hidupnya bergantung pada sumberdaya hutan. Jauh dari pusat pertumbuhan, minim fasilitas, dan masih berlakunya hukum rimba. Survival of the fittest. Dalam keterhimpitan, beberapa coba tuangkan daya kreasi dalam karya-karyanya. Memanfaatkan yang sudah tidak berguna, menjadi sesuatu dengan nilai fungsi dan ekonomi. Anda tertarik?














Beberapa contoh barang tersebut dibuat dari bahan baku kayu limbah, yakni kayu yang tidak masuk dalam kelas kayu yang dibutuhkan perusahaan pengelola hutan negara (Perum Perhutani). Bentuk barang bervariasi sesuai ukuran dan bentuk kayu limbah yang diperoleh, sehingga berpengaruh dalam hal harga barang. Namun jaminan kualitas tetap menjadi prioritas utama. Masih banyak karya yg belum terpublikasikan, bila tertarik, saya bisa hubungkan anda langsung ke perajinnya

Kerajinan Jati Jepon-Blora


Selain “Samin” dan “Sate Blora” yang telah menjadi “trade mark” Blora selama ini, ada satu produk yang juga patut diunggulkan yaitu kerajinan bubut kayu jati. Sentra Kerajinan Kayu Jati Jepon terletak kurang lebih tujuh kilometer dari kota Blora menuju kearah Cepu. Di sana berjajar deretan kios sederhana yang menjual barang-barang kerajinan kayu jati.

Dari jauh sudah terlihat kilauan aneka produk, seperti kursi makan, kursi santai, meja sudut, kotak majalah, lampu baca, tempat payung dan barang kerajinan lainnya yang dipajang meluber hingga ke sisi jalan.

Upaya pengembangan kerajinan itu sendiri telah dilakukan sejak tahun 1997. Walaupun masih banyak menghadapi kendala namun berhasil bertahan bahkan dapat terus berkembang. Pada tahun 2000, di sepanjang jalan antara Blora-Cepu terutama di wilayah desa Jepon telah dibangun kios-kios untuk memasarkan hasil produk. Di antara kios-kios tersebut bahkan dibangun kantor Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Blora, koperasi dan pusat informasi. Pada tahun 2002 usaha kecil menengah (UKM) di bidang kerajinan kayu yang meliputi kerajinan bubut, mebel, dan kusen tersebut boleh dibilang berkembang cukup pesat.

Cendera Mata Unik
Berbeda dengan kerajinan kayu ukir seperti Jepara atau Bali, kekhasan kerajinan kayu jati Blora ini terletak pada bentuknya yang umumnya membulat dan halus. Untuk mendapatkan barang-barang yang berbentuk membulat seperti itu dilakukan dengan cara membubut potongan kayu jati menggunakan mesin bubut sehingga menghasilkan bentuk bulat panjang dengan lekuk dan alur sesuai seni, model, dan ukuran yang diinginkan. Untuk mendapatkan warna kopi atau coklat tua, kebanyakan digunakan cara finishing tradisional yaitu dengan pelitur. Namun selain final touch dengan pelitur terkadang juga digunakan teknik lainnya seperti pengecatan semprot dengan melamix, dan tak jarang ditambahkan ukiran motif sederhana dengan menggunakan pahat sehingga hasilnya nampak lebih berseni.

Mengingat bahwa sekitar setengah dari wilayah Kabupaten Blora terdiri dari hutan jati maka kerajinan kayu jati ini boleh dikatakan tidak kekurangan bahan baku. Limbah potongan-potongan kayu tersedia secara berlimpah tinggal menunggu untuk dimanfaatkan. Produk andalan utama mereka adalah aneka hiasan rumah yang pembuatannya memerlukan keahlian khusus yakni keahlian membubut kayu. Selain barang-barang keperluan rumah tangga seperti meja kursi, di kios-kios tadi juga tersedia aneka pernak-pernik barang suvenir seperti replika becak, sepeda bahkan replika sepeda motor Harley Davidson yang juga menjadi ciri khas kerajinan produksi “Jepon” ini. Beberapa jenis barang suvenir yang dihasilkan kini telah banyak menghiasi rumah penduduk kota besar termasuk Jakarta bahkan telah mampu merambah ke manca negara (Baca: Kerajinan Kayu Jati Blora Berjaya di Jakarta.). Produk lainnya yang cukup menarik adalah tempat buah yang dapat di”kempes”kan pada saat tidak digunakan (semacam knock down). Produk ini merupakan inovasi yang patut diacungi jempol dibanding jenis-jenis produk lain yang sejak jaman “kuda gigit besi” nampaknya tidak pernah mengalami perubahan. Kreatifitas seperti ini perlu dipacu dan dikembangkan agar di masa datang produk kerajinan yang dihasilkan tidak monoton melainkan menjadi lebih menarik khususnya bagi konsumen luar negeri. Untuk ini tentu diperlukan uluran tangan berbagai pihak yang peduli agar mereka mendapatkan bimbingan ketrampilan dan teknik serta desain yang kreatif.Masalah harga tentu saja bervariasi tetapi yang terpenting bagi wisatawan baik macanegera maupun domestik adalah tersedianya alternatif barang cendera mata yang khas dan unik. Sebagai contoh, harga sebuah tempat payung dipatok sekitar 75 ribu rupiah, vas bunga berbagai ukuran dijual sekitar 10-25 ribu rupiah sedangkan bingkai cermin ukuran setinggi badan (tanpa kaca) ditawarkan 300 ribu rupiah. Untuk barang-barang yang berukuran besar seperti meja kursi dan bingkai cermin mereka juga sanggup mengirim ke kota tujuan, tentunya dengan memperhitungkan ongkos kirimnya.


Upaya Pengembangan
Walaupun upaya pengembangan sudah dilakukan sejak lama tetapi para pengrajin kayu jati di Kabupaten Blora umumnya masih mengalami kendala karena terbatasnya permodalan, rendahnya diversifikasi produk, belum adanya kemasan produk, kesulitan dalam pemasaran ekspor langsung dan sangat terbatasnya bentuk dan kreasi produk.

Kenyataan ini menggerakkan Mulyanto, seorang alumni SMAN 1 Blora yang dosen UNS untuk mengusulkan program penguatan UKM perajin kayu jati melalui Program Iptekda-LIPI.. Program ini dilakukan oleh Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan mitra kerja Yayasan Pengembangan Industri Kecil Menengah (PIKMI) yang berkedudukan di desa Triyagan, Kecamatan Mojolahan, Kabupaten Sukoharjo. Upaya yang dilakukan dalam program tersebut antara lain meliputi : pengembangan desain dan kemasan, yaitu dalam hal pemilihan bahan baku yang tepat dan ekonomis, pengembangan desain sesuai selera konsumen, baik secara manual maupun komputer, peningkatan kualitas melalui penetapan kadar air yang tepat, proses finishing dengan teknik membatik dan spraygun yang efektif untuk produk kayu olahan serta penciptaan kemasan produk misalnya berbentuk tas atau sejenisnya yang sesuai.

Ukiran Jati Desa Jepon

Sebagian besar penduduknya petani dan buruh, Tapi ada juga sebagian pengrajin ukiran jati yang berbahan asli kayu jati . Contohnya di tokonya Mas Joe Desa Kidangan - Jepon yang selalu dengan karirnya dibidang perdagangan sovenir jati orangnya yang supel enak diajak ngobrol kalau berminat ukiran tersebut hub.085226104021 soal harga bisa digoyang yang penting terjangkau sekali

MAKANAN KHAS BLORA


Bagi warga Blora yang tinggal di perantauan, rindu makanan khas Blora merupakan penyakit yang sulit disembuhkan. Artikel berikut ini dimaksudkan menjadi petunjuk untuk memperoleh obat kangen tersebut terutama bagi alumni yang tinggal di Jakarta, Yogyakarta. Atas partisipasi alumni yang telah mengirimkan artikel ini kami ucapkan terima kasih dan kami tunggu kiriman artikel sejenis dari kota-kota lainnya sehingga rubrik ini bisa berlanjut.

SATE BLORA “AGUS” DI KLENDER

Warung sate ayam khas Blora “Agus” terletak di lahan pertokoan sebelah Timur Mall Klender kiri pom bensin Klender Jakarta Timur (Telp. 021-8621387, Hp. 081310657141). Warung ini buka mulai jam 9 pagi sampai jam 9 malam. Walaupun berada di lahan pertokoan yang terkesan kurang terpelihara, namun lokasi cukup strategis, mudah ditemukan, dan mempunyai tempat parkir yang cukup luas.

P. Agus yang orang Ngawen ini mulai membuka usahanya sejak 1992. Pada awalnya hanya menjual tahu lontong di depan warung sate ayam yang lebih dulu ada (Pak Yudi), kemudian mulai menjual sate jagal. Setelah terjadi kebakaran pada tahun 1998, warung sate ayam tersebut tutup dan “Agus” langsung menyabet pangsa pasar yang ditinggalkannya.

Rupanya peruntungan Agus di Jakarta ini cukup bagus sehingga usahanya semakin hari semakin berkibar. Angkring tahu lontong itu sekarang sudah menjadi warung yang cukup besar dengan kapasitas tempat duduk lebih dari 50 orang dan jumlah pegawai mencapai 25 orang yang sebagian besar berasal dari Blora khususnya Ngawen.

Gak kalah dengan perusahaan modern saat ini, “Agus”pun membuka cabang di tempat lain. Sekarang Klender sebagai kantor pusatnya memiliki empat cabang, yaitu: di Indogrosir Bandengan seberang rel KA Jakarta Utara (Hp 08159213334); Gading Batavia Kelapa Gading (Telp. 021-8621387); PTC (Food Court) Pulo Gadung Jakarta Timur (Telp. 021-46800373); dan BSD Plaza, Tangerang (Telp. 08159174729). Pengelola masing-masing cabang ini adalah kerabat dekat dan makanannya memiliki cita rasa yang sama karena dimasak di dapur yang sama pula.

Sesuai dengan spanduk yang dibentangkan di depan warung, bahan baku sate adalah ayam kampung, sedangkan kecap yang digunakan adalah kecap Bango. Sebagaimana ciri khas sate Blora, paling asyik memang makan di depan tempat pembakaran sate di mana penjualnya terus menerus membakarnya tanpa diminta. Nasi disajikan dalam piring yang langsung diguyur kuah tanpa pakai taoge dan brambang gorengnya ngambil sendiri di tempat yang disediakan.


Setelah selesai makan, transaksi dihitung berdasarkan jumlah tusuk dari sate yang telah dimakan. Adapun tahu lontong disajikan di atas piring yang dialasi daun pisang. Di sini pembeli juga dapat bernostalgia dengan merasakan limun kawis yang khusus didatangkan dari Rembang.

Selain tahu lontong, sate ayam, sate kambing, sate jagal/sapi, di warung ini juga tersedia soto ayam, rawon, asem-asem, gulai dan tongseng. Di sini, sate ayam dipatok dengan harga Rp. 8.500 per 10 tusuk, sate kambing/sapi Rp. 15.000 per 10 tusuk, tahu lontong Rp. 6.500 per porsi atau Rp. 8.000,- kalau pakai telur. Dalam sehari, Agus dan jajaran stafnya mampu menjual 4.000 - 5.000 tusuk sate. “Agus” juga siap menerima pesanan. Pesanan paling sedikit 500 tusuk akan diantar sekaligus dibakar di tempat pemesan.

Mereka mengaku sering mendapatkan pesanan tidak saja dari dalam kota Jakarta tetapi juga sampai ke luar kota, misalnya sampai ke Bogor, Puncak. Soal rasa, ketika melihat tim survei (khususnya Om Pras) yang makan sambil merem melek, “kringeten”, dan sampai nggak bisa bangun saking kekenyangan, boleh dipastikan rasanya pasti nyam…nyam… Apa perlu didatangkan seorang ahli kuliner untuk membuktikannya?

Secara tidak sadar ternyata makanan di warung ini menjadi perekat sehingga menjadi ajang bertemunya orang-orang Blora. Sering terjadi orang Blora yang berdomisili di ujung barat dan selatan Jakarta bertemu di warung sate yang di ujung Timur Jakarta ini. Konsumen sate ini termasuk langganan yang setia, tidak heran jika antara penjual dan pelanggan terjadi hubungan yang sedemikian akrabnya.


Pak Sunardji yang Ketua ILUSA, Pak Rahodo dan Pak Budiyono yang menemani Redaksi mengaku sudah bertahun-tahun menjadi pelanggan setia sate pak Agus ini. Kedua belah pihak memang saling membutuhkan … yang satu kangen kota Blora dan yang lain menyajikan nostalgia… jadi kloplah. Ketika tim Red berkunjung ke sana membawa BdB (Berita dari Blora), para staf warung dan pembeli yang orang Blora kontan tertarik dan tampak asyik membacanya. Seperti halnya sate, semoga BdB menjadi salah satu perekat tidak saja bagi alumni SMAN Blora tetapi juga bagi warga Blora lainnya

Kenikmatan nafsu kota Blora


Mayoritas Penduduk Kota Blora tidak merelakan kepergian secangkir kopi kothok. Buktinya sejumlah warung dikota dipadati kaum penikmat kopi kothok contohnya didesa Sawahan - Jepon pumyaknya Mbah pah


Lilik Putut Armunanto sesosok mahasiswa dari Poltek Tugu Jakarta sekarang ia baru semester II rangkap jadi karyawan tersebut

Senin, 04 Agustus 2008

Perekonomian

Sebagian besar penduduk kota Blora sekitarnya adalah petani kenyataannya 80% sebagai buruh Gudang, emang kebanyakan dipegang pengusaha daerah (orang cina) namun kedua belah pihak sama menggantungkan kerjasama tersebut. Hasil pertanian terbesar adalah jagung dan Kayu jati ( Bonggol/Akar kayu ). Tapi sayang perekonomiannya kota BLORA tidak berjalan dengan baik buktinya Tata kotanya yang sangat tertinggal dari kota tetangga.

Jenis nama makanan

Pasti anda penasaran makanan yang di jual seperti gorengan emang sudah biasa tapi tak kalah juga yang bikin orang merinding adalah gorengan belalang, kepompong ulat itu tersedia pada musiman dari pohon jati emang harganya mahal tapi peminatnya buanyak dan sate USA ( anjing ) masih beredar.

angkringan warung kopi

desa Jepon emang kecil tapi kalau soal jajanan pokoknya jangan takut kehabisan, soalnya penjual nonstop pagi, siang, malam, ampe pagi gak ada yang namanya tutup masalah harga relatif murah dan kenyang itulah kutipan dari aku cak BAGONG

KOPI KHOTOK

SEBAGIAN BESAR PENDUDUK DESA JEPON SELALU DIIRINGI OLEH KENIKMATAN SECANGKIR KOPI KOTHOK. ANDA PASTI PENASARAN APA KOPI KOTHOK ITU? KOPI YANG DITUMBUK/SELEP DENGAN HALUSNYA, NAMUN BEDA CARA PEMASAKANNYA TIDAK SEPERTI DAERAH LAINNYA INI AIR YANG SUDAH MENDIDIH DICAMPUR DENGAN KOPI DAN GULA TERUS DIMASAK DENGAN PANCI KECIL ( KOTHOKAN ) LALU DIMASAK SAMPAI MENDIDIDH LAGI ITULAH CERITA PENDEK DARIKU.

MAKANAN DAERAH DAN TEMPAT WISATA

Ciri khas makanan desa JEPON adalah gorengan - gorengan seperti : pisang goreng, tempe mendoan dll. Dan ada juga yang paling disenangi mayoritas penduduknya adalah jajanan tahunan pada musim selesai panen seperti jajanan ( Dumbek, pasung, bogis ) makanan yang berasal dari bahan : tepung, beras, ketan, kelapa, gula jawa. Kalau masalah rasa uenak banget gak ada duanya datang aja ke desa Jepon tapi pada musim panen tiba


Blogspot Template by Isnaini Dot Com Powered by Blogger and Local Jobs