Rabu, 06 Agustus 2008

LONTONG TAHU SAMBAL
Terkenal sejak leluhur, rasanya emang mak nyos buktinya di desa Jepon penjual lontong ibu Tuminah yang rasanya nggak kalah dengan resepnya yang luar biasa. ia menjualnya di teras pasar pada malam hari. Pengunjungnya sangat banyak karena yang rasanya uenak dan terjangkau harganya bisa mengenyangkan perut pokoke puas.

KESENIAN BARONGAN BLORA

Align CenterFestival BLORA

Pengin lihat barongan. Itulah motivasi utama bagi orang Blora yang telah lama tidak sempat mudik untuk menghadiri acara pameran kerajinan, makanan, pentas kesenian dan investasi Blora di Anjungan Jawa Tengah TMII pada hari Minggu tanggal 24 Desember 2006 itu. Acara akan dimulai jam 08.30? Inilah kendala pertama, thik isuk emen lèh?? Begitu kira-kira gerutu para eksekutif muda ILUSA yang ingin menghadirinya. Memang kebiasaan di Jakarta kalau mengadakan acara dihari Minggu paling aman dimulai sekitar jam 10 an, mengingat hari Minggu merupakan hari yang ideal buat berolahraga pagi atau sekedar agak bermalas-malasan. Belum lagi keluhan lain seperti dari ibu-ibu dan tante-tante soal belum bukanya salon langganan untuk menata rambut. Disamping itu, bulan Desember ini merupakan bulan baik bagi yang ingin mantu sehingga banyak warga Blora yang tidak sempat hadir ke Taman Mini karena adanya undangan pernikahan di tempat lain. Tetapi panitya yang dipandhegani oleh Kepala Dinas Pariwisata Blora Bambang W, nampaknya tidak gentar sehingga meskipun masih agak sepi acara tetap dimulai sekitar pukul 09.30. Nampak hadir sesepuh dan anggota Paguwara, beberapa pejabat Dinas Pariwisata Kabupaten Blora serta beberapa anggota ILUSA dalam acara pembukaan tersebut. Setelah sambut menyambut, segera ditampilkan atraksi yang ditunggu tunggu yakni seni Barongan dan Tayub diiringi oleh gamelan, karawitan dan waranggono yang merupakan kolaborasi dari berbagai unit dan kecamatan di Kabupaten Blora. Selain atraksi kesenian, di sudut kiri anjungan tidak lupa digelar berbagai hasil kerajinan bubut kayu jati Blora serta makanan khas seperti ledre dan krupuk gendar. Semakin siang pengunjung semakin ramai dan heboh terutama dalam acara tayub yang menggelar para penari yang paling terkenal dari wilayah Blora dan sekitarnya. Namun beberapa pengunjung terutama yang bertabiat pemalu, diam-diam meninggalkan medan perang [tinggal glanggang colong playu] karena takut ketiban sampur…

MODEL UKIR JATI BONGGOL / AKAR

Tak banyak yang bisa mereka harapkan selain kemudahan dalam memenuhi kebutuhan ekonominya. Terkadang jalan pintas menjadi sebuah keharusan. Sekedar untuk urusan perut. Bertahan hidup. Tebang sebatang dua, terkadang tak sepadan dengan konsekuensi yang didapat. Sekelumit gambaran tentang kondisi masyarakat sebuah desa hutan di kabupaten Blora, Propinsi Jawa Tengah, yang hidupnya bergantung pada sumberdaya hutan. Jauh dari pusat pertumbuhan, minim fasilitas, dan masih berlakunya hukum rimba. Survival of the fittest. Dalam keterhimpitan, beberapa coba tuangkan daya kreasi dalam karya-karyanya. Memanfaatkan yang sudah tidak berguna, menjadi sesuatu dengan nilai fungsi dan ekonomi. Anda tertarik?














Beberapa contoh barang tersebut dibuat dari bahan baku kayu limbah, yakni kayu yang tidak masuk dalam kelas kayu yang dibutuhkan perusahaan pengelola hutan negara (Perum Perhutani). Bentuk barang bervariasi sesuai ukuran dan bentuk kayu limbah yang diperoleh, sehingga berpengaruh dalam hal harga barang. Namun jaminan kualitas tetap menjadi prioritas utama. Masih banyak karya yg belum terpublikasikan, bila tertarik, saya bisa hubungkan anda langsung ke perajinnya

Kerajinan Jati Jepon-Blora


Selain “Samin” dan “Sate Blora” yang telah menjadi “trade mark” Blora selama ini, ada satu produk yang juga patut diunggulkan yaitu kerajinan bubut kayu jati. Sentra Kerajinan Kayu Jati Jepon terletak kurang lebih tujuh kilometer dari kota Blora menuju kearah Cepu. Di sana berjajar deretan kios sederhana yang menjual barang-barang kerajinan kayu jati.

Dari jauh sudah terlihat kilauan aneka produk, seperti kursi makan, kursi santai, meja sudut, kotak majalah, lampu baca, tempat payung dan barang kerajinan lainnya yang dipajang meluber hingga ke sisi jalan.

Upaya pengembangan kerajinan itu sendiri telah dilakukan sejak tahun 1997. Walaupun masih banyak menghadapi kendala namun berhasil bertahan bahkan dapat terus berkembang. Pada tahun 2000, di sepanjang jalan antara Blora-Cepu terutama di wilayah desa Jepon telah dibangun kios-kios untuk memasarkan hasil produk. Di antara kios-kios tersebut bahkan dibangun kantor Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Blora, koperasi dan pusat informasi. Pada tahun 2002 usaha kecil menengah (UKM) di bidang kerajinan kayu yang meliputi kerajinan bubut, mebel, dan kusen tersebut boleh dibilang berkembang cukup pesat.

Cendera Mata Unik
Berbeda dengan kerajinan kayu ukir seperti Jepara atau Bali, kekhasan kerajinan kayu jati Blora ini terletak pada bentuknya yang umumnya membulat dan halus. Untuk mendapatkan barang-barang yang berbentuk membulat seperti itu dilakukan dengan cara membubut potongan kayu jati menggunakan mesin bubut sehingga menghasilkan bentuk bulat panjang dengan lekuk dan alur sesuai seni, model, dan ukuran yang diinginkan. Untuk mendapatkan warna kopi atau coklat tua, kebanyakan digunakan cara finishing tradisional yaitu dengan pelitur. Namun selain final touch dengan pelitur terkadang juga digunakan teknik lainnya seperti pengecatan semprot dengan melamix, dan tak jarang ditambahkan ukiran motif sederhana dengan menggunakan pahat sehingga hasilnya nampak lebih berseni.

Mengingat bahwa sekitar setengah dari wilayah Kabupaten Blora terdiri dari hutan jati maka kerajinan kayu jati ini boleh dikatakan tidak kekurangan bahan baku. Limbah potongan-potongan kayu tersedia secara berlimpah tinggal menunggu untuk dimanfaatkan. Produk andalan utama mereka adalah aneka hiasan rumah yang pembuatannya memerlukan keahlian khusus yakni keahlian membubut kayu. Selain barang-barang keperluan rumah tangga seperti meja kursi, di kios-kios tadi juga tersedia aneka pernak-pernik barang suvenir seperti replika becak, sepeda bahkan replika sepeda motor Harley Davidson yang juga menjadi ciri khas kerajinan produksi “Jepon” ini. Beberapa jenis barang suvenir yang dihasilkan kini telah banyak menghiasi rumah penduduk kota besar termasuk Jakarta bahkan telah mampu merambah ke manca negara (Baca: Kerajinan Kayu Jati Blora Berjaya di Jakarta.). Produk lainnya yang cukup menarik adalah tempat buah yang dapat di”kempes”kan pada saat tidak digunakan (semacam knock down). Produk ini merupakan inovasi yang patut diacungi jempol dibanding jenis-jenis produk lain yang sejak jaman “kuda gigit besi” nampaknya tidak pernah mengalami perubahan. Kreatifitas seperti ini perlu dipacu dan dikembangkan agar di masa datang produk kerajinan yang dihasilkan tidak monoton melainkan menjadi lebih menarik khususnya bagi konsumen luar negeri. Untuk ini tentu diperlukan uluran tangan berbagai pihak yang peduli agar mereka mendapatkan bimbingan ketrampilan dan teknik serta desain yang kreatif.Masalah harga tentu saja bervariasi tetapi yang terpenting bagi wisatawan baik macanegera maupun domestik adalah tersedianya alternatif barang cendera mata yang khas dan unik. Sebagai contoh, harga sebuah tempat payung dipatok sekitar 75 ribu rupiah, vas bunga berbagai ukuran dijual sekitar 10-25 ribu rupiah sedangkan bingkai cermin ukuran setinggi badan (tanpa kaca) ditawarkan 300 ribu rupiah. Untuk barang-barang yang berukuran besar seperti meja kursi dan bingkai cermin mereka juga sanggup mengirim ke kota tujuan, tentunya dengan memperhitungkan ongkos kirimnya.


Upaya Pengembangan
Walaupun upaya pengembangan sudah dilakukan sejak lama tetapi para pengrajin kayu jati di Kabupaten Blora umumnya masih mengalami kendala karena terbatasnya permodalan, rendahnya diversifikasi produk, belum adanya kemasan produk, kesulitan dalam pemasaran ekspor langsung dan sangat terbatasnya bentuk dan kreasi produk.

Kenyataan ini menggerakkan Mulyanto, seorang alumni SMAN 1 Blora yang dosen UNS untuk mengusulkan program penguatan UKM perajin kayu jati melalui Program Iptekda-LIPI.. Program ini dilakukan oleh Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan mitra kerja Yayasan Pengembangan Industri Kecil Menengah (PIKMI) yang berkedudukan di desa Triyagan, Kecamatan Mojolahan, Kabupaten Sukoharjo. Upaya yang dilakukan dalam program tersebut antara lain meliputi : pengembangan desain dan kemasan, yaitu dalam hal pemilihan bahan baku yang tepat dan ekonomis, pengembangan desain sesuai selera konsumen, baik secara manual maupun komputer, peningkatan kualitas melalui penetapan kadar air yang tepat, proses finishing dengan teknik membatik dan spraygun yang efektif untuk produk kayu olahan serta penciptaan kemasan produk misalnya berbentuk tas atau sejenisnya yang sesuai.

Ukiran Jati Desa Jepon

Sebagian besar penduduknya petani dan buruh, Tapi ada juga sebagian pengrajin ukiran jati yang berbahan asli kayu jati . Contohnya di tokonya Mas Joe Desa Kidangan - Jepon yang selalu dengan karirnya dibidang perdagangan sovenir jati orangnya yang supel enak diajak ngobrol kalau berminat ukiran tersebut hub.085226104021 soal harga bisa digoyang yang penting terjangkau sekali

MAKANAN KHAS BLORA


Bagi warga Blora yang tinggal di perantauan, rindu makanan khas Blora merupakan penyakit yang sulit disembuhkan. Artikel berikut ini dimaksudkan menjadi petunjuk untuk memperoleh obat kangen tersebut terutama bagi alumni yang tinggal di Jakarta, Yogyakarta. Atas partisipasi alumni yang telah mengirimkan artikel ini kami ucapkan terima kasih dan kami tunggu kiriman artikel sejenis dari kota-kota lainnya sehingga rubrik ini bisa berlanjut.

SATE BLORA “AGUS” DI KLENDER

Warung sate ayam khas Blora “Agus” terletak di lahan pertokoan sebelah Timur Mall Klender kiri pom bensin Klender Jakarta Timur (Telp. 021-8621387, Hp. 081310657141). Warung ini buka mulai jam 9 pagi sampai jam 9 malam. Walaupun berada di lahan pertokoan yang terkesan kurang terpelihara, namun lokasi cukup strategis, mudah ditemukan, dan mempunyai tempat parkir yang cukup luas.

P. Agus yang orang Ngawen ini mulai membuka usahanya sejak 1992. Pada awalnya hanya menjual tahu lontong di depan warung sate ayam yang lebih dulu ada (Pak Yudi), kemudian mulai menjual sate jagal. Setelah terjadi kebakaran pada tahun 1998, warung sate ayam tersebut tutup dan “Agus” langsung menyabet pangsa pasar yang ditinggalkannya.

Rupanya peruntungan Agus di Jakarta ini cukup bagus sehingga usahanya semakin hari semakin berkibar. Angkring tahu lontong itu sekarang sudah menjadi warung yang cukup besar dengan kapasitas tempat duduk lebih dari 50 orang dan jumlah pegawai mencapai 25 orang yang sebagian besar berasal dari Blora khususnya Ngawen.

Gak kalah dengan perusahaan modern saat ini, “Agus”pun membuka cabang di tempat lain. Sekarang Klender sebagai kantor pusatnya memiliki empat cabang, yaitu: di Indogrosir Bandengan seberang rel KA Jakarta Utara (Hp 08159213334); Gading Batavia Kelapa Gading (Telp. 021-8621387); PTC (Food Court) Pulo Gadung Jakarta Timur (Telp. 021-46800373); dan BSD Plaza, Tangerang (Telp. 08159174729). Pengelola masing-masing cabang ini adalah kerabat dekat dan makanannya memiliki cita rasa yang sama karena dimasak di dapur yang sama pula.

Sesuai dengan spanduk yang dibentangkan di depan warung, bahan baku sate adalah ayam kampung, sedangkan kecap yang digunakan adalah kecap Bango. Sebagaimana ciri khas sate Blora, paling asyik memang makan di depan tempat pembakaran sate di mana penjualnya terus menerus membakarnya tanpa diminta. Nasi disajikan dalam piring yang langsung diguyur kuah tanpa pakai taoge dan brambang gorengnya ngambil sendiri di tempat yang disediakan.


Setelah selesai makan, transaksi dihitung berdasarkan jumlah tusuk dari sate yang telah dimakan. Adapun tahu lontong disajikan di atas piring yang dialasi daun pisang. Di sini pembeli juga dapat bernostalgia dengan merasakan limun kawis yang khusus didatangkan dari Rembang.

Selain tahu lontong, sate ayam, sate kambing, sate jagal/sapi, di warung ini juga tersedia soto ayam, rawon, asem-asem, gulai dan tongseng. Di sini, sate ayam dipatok dengan harga Rp. 8.500 per 10 tusuk, sate kambing/sapi Rp. 15.000 per 10 tusuk, tahu lontong Rp. 6.500 per porsi atau Rp. 8.000,- kalau pakai telur. Dalam sehari, Agus dan jajaran stafnya mampu menjual 4.000 - 5.000 tusuk sate. “Agus” juga siap menerima pesanan. Pesanan paling sedikit 500 tusuk akan diantar sekaligus dibakar di tempat pemesan.

Mereka mengaku sering mendapatkan pesanan tidak saja dari dalam kota Jakarta tetapi juga sampai ke luar kota, misalnya sampai ke Bogor, Puncak. Soal rasa, ketika melihat tim survei (khususnya Om Pras) yang makan sambil merem melek, “kringeten”, dan sampai nggak bisa bangun saking kekenyangan, boleh dipastikan rasanya pasti nyam…nyam… Apa perlu didatangkan seorang ahli kuliner untuk membuktikannya?

Secara tidak sadar ternyata makanan di warung ini menjadi perekat sehingga menjadi ajang bertemunya orang-orang Blora. Sering terjadi orang Blora yang berdomisili di ujung barat dan selatan Jakarta bertemu di warung sate yang di ujung Timur Jakarta ini. Konsumen sate ini termasuk langganan yang setia, tidak heran jika antara penjual dan pelanggan terjadi hubungan yang sedemikian akrabnya.


Pak Sunardji yang Ketua ILUSA, Pak Rahodo dan Pak Budiyono yang menemani Redaksi mengaku sudah bertahun-tahun menjadi pelanggan setia sate pak Agus ini. Kedua belah pihak memang saling membutuhkan … yang satu kangen kota Blora dan yang lain menyajikan nostalgia… jadi kloplah. Ketika tim Red berkunjung ke sana membawa BdB (Berita dari Blora), para staf warung dan pembeli yang orang Blora kontan tertarik dan tampak asyik membacanya. Seperti halnya sate, semoga BdB menjadi salah satu perekat tidak saja bagi alumni SMAN Blora tetapi juga bagi warga Blora lainnya

Kenikmatan nafsu kota Blora


Mayoritas Penduduk Kota Blora tidak merelakan kepergian secangkir kopi kothok. Buktinya sejumlah warung dikota dipadati kaum penikmat kopi kothok contohnya didesa Sawahan - Jepon pumyaknya Mbah pah


Lilik Putut Armunanto sesosok mahasiswa dari Poltek Tugu Jakarta sekarang ia baru semester II rangkap jadi karyawan tersebut


Blogspot Template by Isnaini Dot Com Powered by Blogger and Local Jobs