Rabu, 06 Agustus 2008

Kerajinan Jati Jepon-Blora


Selain “Samin” dan “Sate Blora” yang telah menjadi “trade mark” Blora selama ini, ada satu produk yang juga patut diunggulkan yaitu kerajinan bubut kayu jati. Sentra Kerajinan Kayu Jati Jepon terletak kurang lebih tujuh kilometer dari kota Blora menuju kearah Cepu. Di sana berjajar deretan kios sederhana yang menjual barang-barang kerajinan kayu jati.

Dari jauh sudah terlihat kilauan aneka produk, seperti kursi makan, kursi santai, meja sudut, kotak majalah, lampu baca, tempat payung dan barang kerajinan lainnya yang dipajang meluber hingga ke sisi jalan.

Upaya pengembangan kerajinan itu sendiri telah dilakukan sejak tahun 1997. Walaupun masih banyak menghadapi kendala namun berhasil bertahan bahkan dapat terus berkembang. Pada tahun 2000, di sepanjang jalan antara Blora-Cepu terutama di wilayah desa Jepon telah dibangun kios-kios untuk memasarkan hasil produk. Di antara kios-kios tersebut bahkan dibangun kantor Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Blora, koperasi dan pusat informasi. Pada tahun 2002 usaha kecil menengah (UKM) di bidang kerajinan kayu yang meliputi kerajinan bubut, mebel, dan kusen tersebut boleh dibilang berkembang cukup pesat.

Cendera Mata Unik
Berbeda dengan kerajinan kayu ukir seperti Jepara atau Bali, kekhasan kerajinan kayu jati Blora ini terletak pada bentuknya yang umumnya membulat dan halus. Untuk mendapatkan barang-barang yang berbentuk membulat seperti itu dilakukan dengan cara membubut potongan kayu jati menggunakan mesin bubut sehingga menghasilkan bentuk bulat panjang dengan lekuk dan alur sesuai seni, model, dan ukuran yang diinginkan. Untuk mendapatkan warna kopi atau coklat tua, kebanyakan digunakan cara finishing tradisional yaitu dengan pelitur. Namun selain final touch dengan pelitur terkadang juga digunakan teknik lainnya seperti pengecatan semprot dengan melamix, dan tak jarang ditambahkan ukiran motif sederhana dengan menggunakan pahat sehingga hasilnya nampak lebih berseni.

Mengingat bahwa sekitar setengah dari wilayah Kabupaten Blora terdiri dari hutan jati maka kerajinan kayu jati ini boleh dikatakan tidak kekurangan bahan baku. Limbah potongan-potongan kayu tersedia secara berlimpah tinggal menunggu untuk dimanfaatkan. Produk andalan utama mereka adalah aneka hiasan rumah yang pembuatannya memerlukan keahlian khusus yakni keahlian membubut kayu. Selain barang-barang keperluan rumah tangga seperti meja kursi, di kios-kios tadi juga tersedia aneka pernak-pernik barang suvenir seperti replika becak, sepeda bahkan replika sepeda motor Harley Davidson yang juga menjadi ciri khas kerajinan produksi “Jepon” ini. Beberapa jenis barang suvenir yang dihasilkan kini telah banyak menghiasi rumah penduduk kota besar termasuk Jakarta bahkan telah mampu merambah ke manca negara (Baca: Kerajinan Kayu Jati Blora Berjaya di Jakarta.). Produk lainnya yang cukup menarik adalah tempat buah yang dapat di”kempes”kan pada saat tidak digunakan (semacam knock down). Produk ini merupakan inovasi yang patut diacungi jempol dibanding jenis-jenis produk lain yang sejak jaman “kuda gigit besi” nampaknya tidak pernah mengalami perubahan. Kreatifitas seperti ini perlu dipacu dan dikembangkan agar di masa datang produk kerajinan yang dihasilkan tidak monoton melainkan menjadi lebih menarik khususnya bagi konsumen luar negeri. Untuk ini tentu diperlukan uluran tangan berbagai pihak yang peduli agar mereka mendapatkan bimbingan ketrampilan dan teknik serta desain yang kreatif.Masalah harga tentu saja bervariasi tetapi yang terpenting bagi wisatawan baik macanegera maupun domestik adalah tersedianya alternatif barang cendera mata yang khas dan unik. Sebagai contoh, harga sebuah tempat payung dipatok sekitar 75 ribu rupiah, vas bunga berbagai ukuran dijual sekitar 10-25 ribu rupiah sedangkan bingkai cermin ukuran setinggi badan (tanpa kaca) ditawarkan 300 ribu rupiah. Untuk barang-barang yang berukuran besar seperti meja kursi dan bingkai cermin mereka juga sanggup mengirim ke kota tujuan, tentunya dengan memperhitungkan ongkos kirimnya.


Upaya Pengembangan
Walaupun upaya pengembangan sudah dilakukan sejak lama tetapi para pengrajin kayu jati di Kabupaten Blora umumnya masih mengalami kendala karena terbatasnya permodalan, rendahnya diversifikasi produk, belum adanya kemasan produk, kesulitan dalam pemasaran ekspor langsung dan sangat terbatasnya bentuk dan kreasi produk.

Kenyataan ini menggerakkan Mulyanto, seorang alumni SMAN 1 Blora yang dosen UNS untuk mengusulkan program penguatan UKM perajin kayu jati melalui Program Iptekda-LIPI.. Program ini dilakukan oleh Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan mitra kerja Yayasan Pengembangan Industri Kecil Menengah (PIKMI) yang berkedudukan di desa Triyagan, Kecamatan Mojolahan, Kabupaten Sukoharjo. Upaya yang dilakukan dalam program tersebut antara lain meliputi : pengembangan desain dan kemasan, yaitu dalam hal pemilihan bahan baku yang tepat dan ekonomis, pengembangan desain sesuai selera konsumen, baik secara manual maupun komputer, peningkatan kualitas melalui penetapan kadar air yang tepat, proses finishing dengan teknik membatik dan spraygun yang efektif untuk produk kayu olahan serta penciptaan kemasan produk misalnya berbentuk tas atau sejenisnya yang sesuai.

0 komentar:


Blogspot Template by Isnaini Dot Com Powered by Blogger and Local Jobs