Rabu, 06 Agustus 2008

MAKANAN KHAS BLORA


Bagi warga Blora yang tinggal di perantauan, rindu makanan khas Blora merupakan penyakit yang sulit disembuhkan. Artikel berikut ini dimaksudkan menjadi petunjuk untuk memperoleh obat kangen tersebut terutama bagi alumni yang tinggal di Jakarta, Yogyakarta. Atas partisipasi alumni yang telah mengirimkan artikel ini kami ucapkan terima kasih dan kami tunggu kiriman artikel sejenis dari kota-kota lainnya sehingga rubrik ini bisa berlanjut.

SATE BLORA “AGUS” DI KLENDER

Warung sate ayam khas Blora “Agus” terletak di lahan pertokoan sebelah Timur Mall Klender kiri pom bensin Klender Jakarta Timur (Telp. 021-8621387, Hp. 081310657141). Warung ini buka mulai jam 9 pagi sampai jam 9 malam. Walaupun berada di lahan pertokoan yang terkesan kurang terpelihara, namun lokasi cukup strategis, mudah ditemukan, dan mempunyai tempat parkir yang cukup luas.

P. Agus yang orang Ngawen ini mulai membuka usahanya sejak 1992. Pada awalnya hanya menjual tahu lontong di depan warung sate ayam yang lebih dulu ada (Pak Yudi), kemudian mulai menjual sate jagal. Setelah terjadi kebakaran pada tahun 1998, warung sate ayam tersebut tutup dan “Agus” langsung menyabet pangsa pasar yang ditinggalkannya.

Rupanya peruntungan Agus di Jakarta ini cukup bagus sehingga usahanya semakin hari semakin berkibar. Angkring tahu lontong itu sekarang sudah menjadi warung yang cukup besar dengan kapasitas tempat duduk lebih dari 50 orang dan jumlah pegawai mencapai 25 orang yang sebagian besar berasal dari Blora khususnya Ngawen.

Gak kalah dengan perusahaan modern saat ini, “Agus”pun membuka cabang di tempat lain. Sekarang Klender sebagai kantor pusatnya memiliki empat cabang, yaitu: di Indogrosir Bandengan seberang rel KA Jakarta Utara (Hp 08159213334); Gading Batavia Kelapa Gading (Telp. 021-8621387); PTC (Food Court) Pulo Gadung Jakarta Timur (Telp. 021-46800373); dan BSD Plaza, Tangerang (Telp. 08159174729). Pengelola masing-masing cabang ini adalah kerabat dekat dan makanannya memiliki cita rasa yang sama karena dimasak di dapur yang sama pula.

Sesuai dengan spanduk yang dibentangkan di depan warung, bahan baku sate adalah ayam kampung, sedangkan kecap yang digunakan adalah kecap Bango. Sebagaimana ciri khas sate Blora, paling asyik memang makan di depan tempat pembakaran sate di mana penjualnya terus menerus membakarnya tanpa diminta. Nasi disajikan dalam piring yang langsung diguyur kuah tanpa pakai taoge dan brambang gorengnya ngambil sendiri di tempat yang disediakan.


Setelah selesai makan, transaksi dihitung berdasarkan jumlah tusuk dari sate yang telah dimakan. Adapun tahu lontong disajikan di atas piring yang dialasi daun pisang. Di sini pembeli juga dapat bernostalgia dengan merasakan limun kawis yang khusus didatangkan dari Rembang.

Selain tahu lontong, sate ayam, sate kambing, sate jagal/sapi, di warung ini juga tersedia soto ayam, rawon, asem-asem, gulai dan tongseng. Di sini, sate ayam dipatok dengan harga Rp. 8.500 per 10 tusuk, sate kambing/sapi Rp. 15.000 per 10 tusuk, tahu lontong Rp. 6.500 per porsi atau Rp. 8.000,- kalau pakai telur. Dalam sehari, Agus dan jajaran stafnya mampu menjual 4.000 - 5.000 tusuk sate. “Agus” juga siap menerima pesanan. Pesanan paling sedikit 500 tusuk akan diantar sekaligus dibakar di tempat pemesan.

Mereka mengaku sering mendapatkan pesanan tidak saja dari dalam kota Jakarta tetapi juga sampai ke luar kota, misalnya sampai ke Bogor, Puncak. Soal rasa, ketika melihat tim survei (khususnya Om Pras) yang makan sambil merem melek, “kringeten”, dan sampai nggak bisa bangun saking kekenyangan, boleh dipastikan rasanya pasti nyam…nyam… Apa perlu didatangkan seorang ahli kuliner untuk membuktikannya?

Secara tidak sadar ternyata makanan di warung ini menjadi perekat sehingga menjadi ajang bertemunya orang-orang Blora. Sering terjadi orang Blora yang berdomisili di ujung barat dan selatan Jakarta bertemu di warung sate yang di ujung Timur Jakarta ini. Konsumen sate ini termasuk langganan yang setia, tidak heran jika antara penjual dan pelanggan terjadi hubungan yang sedemikian akrabnya.


Pak Sunardji yang Ketua ILUSA, Pak Rahodo dan Pak Budiyono yang menemani Redaksi mengaku sudah bertahun-tahun menjadi pelanggan setia sate pak Agus ini. Kedua belah pihak memang saling membutuhkan … yang satu kangen kota Blora dan yang lain menyajikan nostalgia… jadi kloplah. Ketika tim Red berkunjung ke sana membawa BdB (Berita dari Blora), para staf warung dan pembeli yang orang Blora kontan tertarik dan tampak asyik membacanya. Seperti halnya sate, semoga BdB menjadi salah satu perekat tidak saja bagi alumni SMAN Blora tetapi juga bagi warga Blora lainnya

0 komentar:


Blogspot Template by Isnaini Dot Com Powered by Blogger and Local Jobs